Namun pada pertemuan semesteran USG ke 79, yang membahas perubahan hidup religius di Amerika Selatan dan Kepulauan Karibia selama tigapuluh tahun terakhir, ditemukan juga banyak persamaan dengan perkembangan di tempat lain.
Beberapa pokok perhatian.
Sementara kebutuhan akan orang religius yang dapat dipercaya makin muncul, sementara itu pula penghargaan terhadap kelembagaan hidup religius jelas menurun, dipengaruhi oleh kasus-kasus pelecehan religius serta perkembangan sosial ekonomi dalam masyarakat. Dalam masyarakat yang mengalami korupsi dan perbedaan antar lapisan masyarakat yang besar, pola hidup alternatif kaum religius serta preferensi mereka untuk kaum miskin tetap relevan.
Hidup religius adalah rahmat Allah, namun rahmat itu memerlukan wujud dan kesaksian dari mereka yang menerima rahmat itu. Ketika wujud dan kesaksian itu mengalami krisis, pentinglah untuk dengan jelas membedakan rahmat dan kesaksiannya dalam lembaga. Pembedaan roh itu mengandaikan kerendahan hati, pembaktian diri dan keterbukaan untuk memandang realitas. Namun syarat-syarat yang penting ini terancam oleh aktivisme kita.
Dengan mendalami karisma para pendiri, dengan belajar baik dari kesalahan maupun dari keberhasilan dalam sejarah kongregasi, kita dapat menemukan kembali rahmat Allah, kerapuhan manusiawi serta kesetiaan iman para pendahulu kita. Menemukan kembali bahwa Allah memanggil orang untuk memanusiawikan dan menyuburkan kasih-Nya untuk orang lain, khususnya mereka yang lemah dalam masyarakat kita, dapat menghasilkan kebebasan dari kepentingan kelembagaan dan kreativitas yang mampu mengolah pengalaman akan kasih-Nya dan mewujudkan kepedulian-Nya akan pemekaran optimal manusia.
Hidup religius masa depan, juga di Amerika Selatan, akan dilandaskan baik pada pengalaman mistik akan kasih-Nya maupun pada kepekaan […]
.